INGSUN TITIP TAJUG LAN FAKIR MISKIN
Oleh: Mursana, M.Ag
Syaikh Syarif
Hidayatullah atau yang biasa dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati ketika
masih mewasiatkan kepada masyarakat Cirebon agar memelihara Masjid dan Fakir
Miskin (ingsun titip tajug lan fakir miskin). Pesan ini merupakan pesan wajib
bagi umat muslim Cirebon supaya dalam hidup ini, kapanpun dan di manapun berada
jangan pernah meninggalkan masjid dan tidak memperdulikan nasib fakir miskin.
Masjid sebagai simbol hubungan seorang hamba dengan tuhannya (hablum minallah).
Sedangkan fakir miskin adalah simbol dari kasih sayang dan kepedulian terhadap
sesama / sosial (hablum minan nas). Begitu luasnya makna yang terkandung di
dalamnya, untuk itu penulis berpendapat bahwa tersebut merupakan induk dari
pesan (petatah-petitih) lainnya.
Masjid adalah suatu bangunan yang memiliki
batas-batas tertentu yang didirikan untuk tujuan beribadah kepada Allah (interaksi
antara seorang hamba dengan tuhannya) seperti shalat, dzikir, membaca al-Qur’an
dan ibadah lainnya. Dan lebih spesifik lagi yang dimaksud masjid di sini adalah
tempat didirikannya shalat berjama’ah, baik ditegakkan di dalamnya shalat
jum’at maupun tidak. Allah berfirman,
“Dan
sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu
menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” (QS.
al-Jin:18)
“Hanyalah yang
memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat, menuaikan zakat dan tidak takut
(kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang
diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS.
at-Taubah:18)
Adapun kata “memakmurkan” adalah salah satu
arti dari sebuah kata dalam bahasa Arab yaitu ( عَمَرَ
– يَعْمُرُ -عِمَارَةً ) yang
juga memiliki banyak arti lain di antaranya: menghuni (mendiami), menetapi,
menyembah, mengabdi (berbakti), membangun (mendirikan), mengisi, memperbaiki,
mencukupi, menghidupkan, menghormati dan memelihara. Jadi yang dimaksud
“memakmurkan masjid” adalah membangun dan mendirikan, mengisi dan
menghidupkannya dengan berbagai ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT,
menghormati dan memeliharanya dengan cara membersihkannya dari kotoran-kotoran
dan sampah serta memberinya wewangian.
Betapa agungnya
fadhilah (keutamaan) orang yang memelihara masjid, sehingga Rasulullah SAW
bersabda:
مَنْ بَنَى مَسْجِداً يَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ
اللهِ بَنَى اللهُ لَهُ مِثْلَهُ فِي الْجَنَّة وفي رواية لمسلم: بَيْتاً فِي
الْجَنَّةِ
“Barangsiapa
membangun masjid –karena mengharap wajah Allah- maka Allah akan membangunkan
untuknya yang semisalnya di dalam syurga.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Dan dalam riwayat
Muslim disebutkan dengan lafal: “rumah di dalam syurga.”
Namun keutamaan
tersebut hanya bisa dicapai dengan ikhlas semata-mata karena Allah dan
mengharap wajah Allah sebagaimana teks hadits di atas. Meskipun masjid yang
dibangun itu berukuran kecil, karena dalam hadits yang lain Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ بَنَى ِللهِ مَسْجِداً وَلَوْ كَمَفْحَصِ
قَطَاةٍ أَوْ أَصْغَرَ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتاً فِي الْجَنَّةِ
“Barangsiapa
membangun sebuah masjid karena/untuk Allah walau seukuran sarang (kandang)
burung atau lebih kecil dari itu, maka Allah akan membangunkan untuknya rumah
di dalam syurga.” (HR. Ibnu Majah dan al-Baihaqi). Dengan
demikian apabila seseorang membangun masjid dengan tujuan ingin dipuji oleh
manusia atau hanya untuk berbangga-banggaan semata maka ia tidak akan
memperoleh keutamaan ini. Dan jika hal ini merajalela di tengah-tengah manusia
maka itu salah satu pertanda dekatnya hari kiamat. Sebagaimana Nabi SAW
bersabda,
لا تقوم الساعة حتى يتباهى الناس في المساجد
“Tidaklah kiamat akan tegak sehingga manusia
berbangga-banggaan dalam (membangun) masjid-masjid.” (HR. Ahmad,
Abu Daud Ibnu Majah dan yang lainnya)
Untuk itu Sunan Gunung Jati mengajak setiap umat
muslim Cirebon untuk selalu mendatangi masjid-masjid di sekitar tempat dia
berada. Sebab seorang muslim yang hatinya telah terpaut kontrak dengan masjid;
ketika dia keluar darinya hingga dia kembali ke masjid (yakni selalu
menjaga waktu-waktu shalat berjama’ah dan i’tikaf di masjid). Oleh karenanya
Rasulullah SAW menggolongkan orang-orang yang yang rajin memakmurkan masjid termasuk
dari tujuh golongan yang akan Allah naungi pada hari tiada naungan selain
naungan-Nya. Sebagaimana Nabi SAW bersabda,:
سبعة يظلهم الله في ظله يوم لا ظل إلا ظل…. ورجل قلبه معلق بالمسجد إذا خرج منه حتى يعود إليه
“Ada tujuh
golongan yang akan Allah naungi mereka pada hari tiada naungan selain naungan
Allah yaitu….. “dan seorang yang terikat (hatinya) dengan masjid ketika ia
keluar hingga ia kembali ke masjid …” (HR. Al-Bukhari dan Muslim )
Sebagai perwujudan kecintaan kepada sang khaliq
beliau juga berpesan untuk tidak melupakan nasib fakir miskin yang ada di
sekitar tempat tinggal kita. Untuk itulah sebagai warga Cirebon jangan sampai
terkena stempel/cap dari Allah SWT sebagai pendusta agama, karena tidak
memperdulikan nasib fakir miskin sebagaimana termaktub dalam Al Qur’an Surat Al
Ma’un.
Cukup besar karunia Allah SWT yang
dianugerahkan kepada Kota Wali ini. Tanah pertanian membentang luas dari
Susukan sampai Losari, lautan luas membentang di wilayah Pantai Utara Cirebon,
ratusan Pabrik Rotan di Kecamatan Plered, Weru, Plumbon, Tengah Tani, Kedawung,
Depok, Arjawinangun, dan Ciwaringin, ratusan Pengusaha Batik di Kecamatan
Plered, 2 Perusahaan Tektile terbesar di Plumbon yang mempunyai ribuan
karyawan, Pabrik Semen terbesar di Palimanan yang mempunyai ribuan karyawan,
ratusan perusahaan Batu Alam di wilayah Dukupuntang dan lain sebagainaya.
Beberapa lapangan kerja di atas sangat cukup
untuk memenuhi hajat hidup masyarakat Cirebon, apabila disyukuri dan dikelola
secara professional. Kita tidak akan lagi mendengar di wilayah tertentu yang
masih makan nasi aking. Kita tidak akan lagi melihat para pengemis yang yang
setiap saat menghiasi wilayah ziarah pemakaman Sunan Gunung Jati. Kita tidak
akan lagi melihat sebagian warga yang tinggal di sekitar Gerbong Kereta Api dan
emper-emper pertokoan. Dan kita juga tidak akan lagi menyaksikan fakir miskin
tidak bisa melanjutkan sekolah yang lebih tinggi karena kemiskinannya.
Semuanya itu bisa terwujud apabila kebijakan
Pemerintah Daerah dan para Wakil Rakyat berpihak kepada rakyat kecil dan
kesadaran masyarakat Cirebon dalam membayar zakat dan pajak cukup tinggi. Juga
kepedulian para pengusaha dan orang kaya kepada si miskin.
Dengan demikian, andai seluruh masyarakat
Cirebon mampu melaksanakan petatah-petitih ingsun titip lan fakir miskin dalam
kehidupan sehari-hari, maka kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat pasti
terwujud, sesuai dengan do’a yang selalu dipanjatkannya setiap ba’da shalat, yakni: رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ
Sebaliknya bila pesan tersebut diabaikan, maka
bersiap-siaplah menyambut datangnya musibah dan kehinaandari Allah SWT. Dalam
istilah wong cerbon disebut kowalat. Seperti diungkapkan dalam al
Qur’an :
ضُرِبَتْ
عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ
مِنَ النَّاسِ
“Mereka ditimpa kehinaan dimana saja mereka
berada, kecuali jika mereka berpegang teguh kepada tali agama Allah dan tali
perjanjian dengan manusia” (Q.S Ali Imron : 112).