Senin, 10 Oktober 2011

INGSUN TITIP TAJUG LAN FAKIR MISKIN


INGSUN TITIP TAJUG LAN FAKIR MISKIN
Oleh: Mursana, M.Ag


Syaikh Syarif Hidayatullah atau yang biasa dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati ketika masih mewasiatkan kepada masyarakat Cirebon agar memelihara Masjid dan Fakir Miskin (ingsun titip tajug lan fakir miskin). Pesan ini merupakan pesan wajib bagi umat muslim Cirebon supaya dalam hidup ini, kapanpun dan di manapun berada jangan pernah meninggalkan masjid dan tidak memperdulikan nasib fakir miskin. Masjid sebagai simbol hubungan seorang hamba dengan tuhannya (hablum minallah). Sedangkan fakir miskin adalah simbol dari kasih sayang dan kepedulian terhadap sesama / sosial (hablum minan nas). Begitu luasnya makna yang terkandung di dalamnya, untuk itu penulis berpendapat bahwa tersebut merupakan induk dari pesan (petatah-petitih) lainnya.
Masjid adalah suatu bangunan yang memiliki batas-batas tertentu yang didirikan untuk tujuan beribadah kepada Allah (interaksi antara seorang hamba dengan tuhannya) seperti shalat, dzikir, membaca al-Qur’an dan ibadah lainnya. Dan lebih spesifik lagi yang dimaksud masjid di sini adalah tempat didirikannya shalat berjama’ah, baik ditegakkan di dalamnya shalat jum’at maupun tidak. Allah berfirman,
“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” (QS. al-Jin:18)
“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat, menuaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. at-Taubah:18)
Adapun kata “memakmurkan” adalah salah satu arti dari sebuah kata dalam bahasa Arab yaitu ( عَمَرَ – يَعْمُرُ -عِمَارَةً ) yang juga memiliki banyak arti lain di antaranya: menghuni (mendiami), menetapi, menyembah, mengabdi (berbakti), membangun (mendirikan), mengisi, memperbaiki, mencukupi, menghidupkan, menghormati dan memelihara. Jadi yang dimaksud “memakmurkan masjid” adalah membangun dan mendirikan, mengisi dan menghidupkannya dengan berbagai ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT, menghormati dan memeliharanya dengan cara membersihkannya dari kotoran-kotoran dan sampah serta memberinya wewangian.
Betapa agungnya fadhilah (keutamaan) orang yang memelihara masjid, sehingga Rasulullah SAW bersabda:      
    مَنْ بَنَى مَسْجِداً يَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ اللهِ بَنَى اللهُ لَهُ مِثْلَهُ فِي الْجَنَّة وفي رواية لمسلم: بَيْتاً فِي الْجَنَّةِ
“Barangsiapa membangun masjid –karena mengharap wajah Allah- maka Allah akan membangunkan untuknya yang semisalnya di dalam syurga.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Dan dalam riwayat Muslim disebutkan dengan lafal: “rumah di dalam syurga.”
Namun keutamaan tersebut hanya bisa dicapai dengan ikhlas semata-mata karena Allah dan mengharap wajah Allah sebagaimana teks hadits di atas. Meskipun masjid yang dibangun itu berukuran kecil, karena dalam hadits yang lain Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 مَنْ بَنَى ِللهِ مَسْجِداً وَلَوْ كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ أَوْ أَصْغَرَ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتاً فِي الْجَنَّةِ
“Barangsiapa membangun sebuah masjid karena/untuk Allah walau seukuran sarang (kandang) burung atau lebih kecil dari itu, maka Allah akan membangunkan untuknya rumah di dalam syurga.” (HR. Ibnu Majah dan al-Baihaqi). Dengan demikian apabila seseorang membangun masjid dengan tujuan ingin dipuji oleh manusia atau hanya untuk berbangga-banggaan semata maka ia tidak akan memperoleh keutamaan ini. Dan jika hal ini merajalela di tengah-tengah manusia maka itu salah satu pertanda dekatnya hari kiamat. Sebagaimana Nabi SAW bersabda,
 لا تقوم الساعة حتى يتباهى الناس في المساجد
“Tidaklah kiamat akan tegak sehingga manusia berbangga-banggaan dalam (membangun) masjid-masjid.” (HR. Ahmad, Abu Daud Ibnu Majah dan yang lainnya)
Untuk itu Sunan Gunung Jati mengajak setiap umat muslim Cirebon untuk selalu mendatangi masjid-masjid di sekitar tempat dia berada. Sebab seorang muslim yang hatinya telah terpaut kontrak dengan masjid;  ketika dia keluar darinya hingga dia kembali ke masjid (yakni selalu menjaga waktu-waktu shalat berjama’ah dan i’tikaf di masjid). Oleh karenanya Rasulullah SAW menggolongkan orang-orang yang yang rajin memakmurkan masjid termasuk dari tujuh golongan yang akan Allah naungi pada hari tiada naungan selain naungan-Nya. Sebagaimana Nabi SAW bersabda,:
سبعة يظلهم الله في ظله يوم لا ظل إلا ظل…. ورجل قلبه معلق بالمسجد إذا خرج منه حتى يعود إليه
“Ada tujuh golongan yang akan Allah naungi mereka pada hari tiada naungan selain naungan Allah yaitu….. “dan seorang yang terikat (hatinya) dengan masjid ketika ia keluar hingga ia kembali ke masjid …” (HR. Al-Bukhari dan Muslim )
Sebagai perwujudan kecintaan kepada sang khaliq beliau juga berpesan untuk tidak melupakan nasib fakir miskin yang ada di sekitar tempat tinggal kita. Untuk itulah sebagai warga Cirebon jangan sampai terkena stempel/cap dari Allah SWT sebagai pendusta agama, karena tidak memperdulikan nasib fakir miskin sebagaimana termaktub dalam Al Qur’an Surat Al Ma’un.
Cukup besar karunia Allah SWT yang dianugerahkan kepada Kota Wali ini. Tanah pertanian membentang luas dari Susukan sampai Losari, lautan luas membentang di wilayah Pantai Utara Cirebon, ratusan Pabrik Rotan di Kecamatan Plered, Weru, Plumbon, Tengah Tani, Kedawung, Depok, Arjawinangun, dan Ciwaringin, ratusan Pengusaha Batik di Kecamatan Plered, 2 Perusahaan Tektile terbesar di Plumbon yang mempunyai ribuan karyawan, Pabrik Semen terbesar di Palimanan yang mempunyai ribuan karyawan, ratusan perusahaan Batu Alam di wilayah Dukupuntang dan lain sebagainaya.
Beberapa lapangan kerja di atas sangat cukup untuk memenuhi hajat hidup masyarakat Cirebon, apabila disyukuri dan dikelola secara professional. Kita tidak akan lagi mendengar di wilayah tertentu yang masih makan nasi aking. Kita tidak akan lagi melihat para pengemis yang yang setiap saat menghiasi wilayah ziarah pemakaman Sunan Gunung Jati. Kita tidak akan lagi melihat sebagian warga yang tinggal di sekitar Gerbong Kereta Api dan emper-emper pertokoan. Dan kita juga tidak akan lagi menyaksikan fakir miskin tidak bisa melanjutkan sekolah yang lebih tinggi karena kemiskinannya.
Semuanya itu bisa terwujud apabila kebijakan Pemerintah Daerah dan para Wakil Rakyat berpihak kepada rakyat kecil dan kesadaran masyarakat Cirebon dalam membayar zakat dan pajak cukup tinggi. Juga kepedulian para pengusaha dan orang kaya kepada si miskin.
Dengan demikian, andai seluruh masyarakat Cirebon mampu melaksanakan petatah-petitih ingsun titip lan fakir miskin dalam kehidupan sehari-hari, maka kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat pasti terwujud, sesuai dengan do’a yang selalu dipanjatkannya setiap ba’da shalat,  yakni:                                            رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Sebaliknya bila pesan tersebut diabaikan, maka bersiap-siaplah menyambut datangnya musibah dan kehinaandari Allah SWT. Dalam istilah wong cerbon disebut kowalat. Seperti diungkapkan dalam al Qur’an :
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ
“Mereka ditimpa kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang teguh kepada tali agama Allah dan tali perjanjian dengan manusia” (Q.S Ali Imron : 112).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar